Kamis, 13 Desember 2018

Sistem Penerbitan dan flowchart


Hani Rosiyani // Penerbitan 1B // NIM 18310185 

Sistem Penerbitan
PT. Pustaka Indonesia Press (PIP) menggunakan sistem penerbitan yaitu sistem kerja sama antara penulis (penyusun) / figur  dengan penerbit. Di mana melakukan kontrak kerja sesuai dengan prosedur penerbitan. Sistem ini menyesuaikan dengan keadaan penulis dan penerbit. Pada sistem ini, seluruh kebutuhan keuangan disediakan oleh Penyusun/Penanggung Jawab, dan jika naskah tersebut didistribusi maka profit yang diperoleh adalah hak Penulis, setelah dikurangi biaya operasional yang telah disepakati.
Syarat-Syarat Penerbitan
  1. Penulis telah memiliki naskah buku atau telah memiliki kepingan-kepingan tulisan populer (baik artikel, maupun dalam bentuk makalah atau kliping2/ ataupun dokumen pendukung) serta yang bersumber dari Tesis atau Disertasi.
  2. Khusus Untuk biografi dan otobiografi, yang bersangkutan (figur) siap untuk diwawancara  dan memberikan bahan2 yang diperlukan.
  3. Bersedia menandatangani surat kesepakatan bersama.
  4. Bersedia menyediakan anggaran yang dibutuhkan sesuai dengan kesekapatan bersama antara penulis dengan penerbit.
  5. Curriculum Vitae (CV) dan Foto.
Tahapan Penerbitan
Adapun tahap-tahap penerbitan, yaitu:
1. Survey / pengumpulan naskah
Naskah tulisan dikumpul dari dokumentasi penulis ataupun penerbit.
2. Pengetikan Naskah
Naskah yang telah dikumpul diketik untuk mempermudah proses editing dan layout.
3. Editing I, II dan III
Naskah yang selesai diketik kemudian diedit untuk memperbaiki kesalahan pengetikan, memperbaiki tata bahasa, dan lain-lain yang berhubungan dengan style pengetikan dan desain.
4. Desain Cover & Lay Out
Naskah yang selesai diedit didesain baik cover dan isinya dalam bentuk buku kemudian dicetak dalam bentuk draf buku.
5. Pengurusan ISBN
Setelah draf awal tersebut selesai, kemudian penerbit mengurus  kelayakan buku tersebut hingga dikeluarkannya ISBN.
6. Proses Cetak
Draf buku yang sudah siap, akan dicetak oleh  Medika Publishing.
7. Distribusi dan Launching
Buku yang telah jadi akan didistribusikan sesuai dengan kesepakatan penulis-penerbit dan atau melakukan kegiatan launching sesuai kesepakatan bersama.
Mekanisme Kerja
  1. Lobby  (negosiasi)
  2. Kontrak Penerbitan
  3. Pembayaran Panjar (DP)
  4. Proses Kerja
  5. Proses Final
  6. Pembayaran Sisa DP
  7. Penyerahan hasil
  8. Kontrak Distribusi
  9. Launching / Bedah Buku

 


Flowchart standar











Oval: Mulai pengumpulan naskah











Berhasil cetak dan telah menjadi buku
 

 



Kamis, 06 Desember 2018

Makan berantakan jodohnya brewokan? apa iya?


Kearifan lokal
Hani Rosiyani // Penerbitan 1B // NIM ( 18310185 )

Makan berantakan jodohnya brewokan? Apa iya?

       Dari berbagai daerah mungkin sering mendengar sebuah mitos yang sampai saat ini masih dijalankan atau dipercayai oleh sebagian orang, tidak menutup kemungkinan orang-orang terdahulu bahkan sampai saat ini masih menjalankannya karena konon sebuah ke pamalin ini benar-benar ada efeknya dimasa yang akan datang seperti yang akan saya ulas dan kembangkan mengenai budaya makan berantakan maka ia akan mendapatkan suami atau jodoh yang brewokkan, dalam perkembangan zaman yang kita alami saat ini sebagian orang masih mempercayai hal tersebut sehingga banyak orang yang berusaha makan dengan rapi tanpa meninggalkan sepeser nasi atau serpihan makanan yang berserakan.

         Seacara logika hal tersebut dilakukan agar kita sebagai manusia bisa lebih menghargai makanan dan bisa makan dengan rapi tanpa meninggalkan kotoran apa pun dan dengan begitu kita akan lebih mudah membersihkan piring atau tempat kita. Tetapi lain halnya dengan ke pamalian yang diyakini oleh orang terdahulu, mereka meyakini hal tersebut tetapi tidak tahu alasan apa yang membuat mereka berspekulasi demikian. Maka dari itu tujuan dari tulisan ini adalah mencari tahu dan mengorek apa sebenarnya alasan dari sebuah spekulasi yang bisa dibilang tidak masuk akal, bayangkan saja bagaimana bisa hanya karna makan berantakan kita bisa mendapatkan jodoh yang brewokan. Saya mempunyai pendapat bahwa sebagian orang tidak menyukai orang yang brewok dengan begitu masyarakat terdahulu meyakini apabila makannya tidak rapi selayaknya manusia yang beradab maka dia akan mendapatkan suatu keburukan berupa suami yang memiliki brewok pada dasarnya kearifan lokal ini mengajarkan kita sebagai manusia harus bertingkah seperti manusia bukan seperti hewan yang makannya selalu berantakan sana sini.

       Begitulah kenapa dikaitkan dengan suami atau jodoh karena manusia sudah diciptakan berpasang-pasangan dan pastinya setelah mendapatkan jodoh kita akan hidup bersama dengannya sampai maut memisahkan, tentunya Anda juga tidak inginkan mendapatkan jodoh yang tidak sesuai dengan apa yang Anda selalu doakan setiap harinya. Demikianlah kesimpulan yang dapat kita per oleh dari kearifan lokal yang sudah menjadi tradisi masyarakat terdahulu yakni menjadikan manusia yang beradab.